Seiring denga
berkembanganya zaman yang begitu pesat dan dengan adanya era globalisasi yang
mulai menggeser nilai – nilai buadaya asli Bangsa, memnuculkan suatu kebiasaan
baru yang terjadi di lingkungan masyarakat. Pada saat ini, seirng kita temui
sebuah kondisi pada anggota masyarakat dimana diwarnai oleh adanya persamaan –
persamaan dalam berbagai hal yang dapat menyatukan dan menciptakan suatu
kelompoktertentu dalam lingkungan masyarakat itu sendiri. Melalui munculnya
persamaan antar anggota masyarakat, tentunya tak lepas dari munculnya perbedaan
– perbedaan antar anggota masyarakat dan menimbulkan pertentangan –
pertentangan antar satu dengan lainnya.
Pertentangan
sosial dapat diartikan sebagai suatu konflik yang terjadi pada masyarakat
sehingga kelompok-kelompok tertentu, misalnya pada kelompok etnis, kelompok
agama, kelompok ideology tertentu termasuk antara mayoritas dan minoritas.
Perbedaan kepentingan sebenarnya merupakan sifat naluriah disamping adanya
persamaan kepentingan.
Jika suatu
kelompok tersebut memiliki suatu kepentingan pribadi dan mereka termasuk
kedalam mayoritas di lingkungannya, mereka akan cenderung meremehkan dan
memandang rendah kelompok yang minoritas dan merasa bahwa mereka paling benar.
Terkadang, diskriminasi terhadap kelompok minoritas oleh kelompok mayoritas
masih sering terjadi di Negeri ini. Miris sekali, mengingat bahwa Bangsa ini
diperjuangkan dan dipersatukan oleh perbedaan dan keanekaragaman rakyatnya. Seperti
yang tertera dalam “Bhineka Tunggal Ika”, seharusnya seluruh lapisan masyarakat
yang mengaku sebagai warga negara Indonesia menjunjung tinggi semboyan “Bhineka
Tunggal Ika” sebagai identitas nasional negara.
Diskriminasi tidak
hanya dilakukan oleh kelompok mayoritas kepada kelompok minoritas, tapi bisa di
lakukan oleh suatu kelompok tertentu seperti kelompok etnis, kelompok agama,
kelompok ideology tertentu. Dari diskriminasi tersebut terkadang muncul sebuah
prasangka antar kelompok, mereka cenderung menganggap kelompok lain itu buruk
dan kelompok mereka lebih baik tanpa kritik terlebih dahulu. Menelan mentah –
mentah sebuah kabar yang belum pasti kebenarannya tentang kelompok tertentu,
dan langsung menilai bahwa kelompok tersebut buruk dan dirinya yang baik.
Pada dasarnya, prasangka
menunjukkan pada aspek sikap sedangkan diskriminasi pada tindakan. Menurut
Morgan (1966) sikap adalah kecenderungan untuk merespon baik secara positif
atau negarif terhadap orang, obyek atau situasi. Sikap seseorang baru diketahui
setelah ia bertindak atau beringkah laku.
Sikap negatif
disebut juga prasangka, walaupun sikap prasangka juga bisa bersifat positif
dalam kondisi tertentu. Dalam pengertian ini, sikap prasangka lebih cendrung ke
arah negatif karena pengaruh dari faktor lingkungan, sikap dan ego yang tinggi,
serta mudah terprovokasi dengan orang lain tanpa ada bukti yang jelas, dan
hanya bisa berprasangka dengan orang lain.
Seseorang yang
mempunyai prasangka rasial, biasanya bertindak diskriminasi terhadap ras yang
diprasangkainya, akan tetapi seseorang bertindak diskriminatif tanpa berlatar
belakang pada suatu prasangka. Sikap berprasangka jelas tidak adil, karena
sikap yang diambil hanya berdasarkan
pada pengalaman atau apa yang didengar. Apabila muncul sikap
berprasangka dan diskriminatif terhadap kelompok sosial lain, maka akan terjadi pertentangan sosial yang lebih
luas yang akan berdampak buruk bagi lingkungan sekitar dan kerugian yang cukup
besar dalam berbagai aspek.
Selain itu,
dampak lain dari adanya sikap diskriminatif yaitu sikap ethnosentris antar
masyarakat. Etnosentrisme sendiri yaitu suatu kecenderungan yang menganggap
nilai-nilai dan norma-norma kebudayaannya sendiri sebagaai sesuatu yang prima,
terbaik, mutlak dan diepergunakan sebagai tolok ukur untuk menilai dan
membedakannya dengan kebudayaan lain.
Etnosentrisme
merupakan kecenderungan tak sadar untuk menginterpretasikan atau menilai
kelompok lain dengan tolok ukur kebudayaannya sendiri. Sikap etnosentrisme
dalam tingkah laku berkomunikasi nampak canggung atau tidak luwes.
Setiap suku
bangsa atau ras tertentu memiliki sebuah ciri khas kebudayaan yang berbeda dan
sekaligus menjadi kebanggan mereka. Suku bangsa ras tersebut pastilah
menjunjung tinggi kebudayaan yang mereka miliki dan cenderung menganggap bahwa
kebudayaan yang mereka miliki lebih baik daripada kebudayaan suku bangsa ras
lain.
Sikap ethnosentris
membuat seseorang meyakini bahwa segala yang berbeda dengan kebudayaan yang
mereka miliki, dipandang sebagai, dipandang
sebagai suatu yang kurang baik, kurang estetis, dan bertentang dengan
kodratnya. Hal ini membuat seseorang lebih mementingkan dirinya sendiri ataupun
kelompoknya dibandingkan kepentingan untuk khalayak ramai. Dan sikap ini juga
dapat membuat seseorang menjadi indiviualis dalam menilai sesuatu.
Daftar Pustaka:
https://furkanny.wordpress.com/industrial-eng/term-iii/ilmu-sosial-dasar/pertentangan-sosial-dan-integrasi-masyarakat/
http://ilmusosialdasar-lintang.blogspot.com/2012/10/prasangka-diskriminasi-dan-etnosentrisme.html
https://materibelajar.co.id/etnosentrisme/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar