Sabtu, 23 November 2019

Pertentangan Sosial & Integrasi Masyrakat


            Seiring denga berkembanganya zaman yang begitu pesat dan dengan adanya era globalisasi yang mulai menggeser nilai – nilai buadaya asli Bangsa, memnuculkan suatu kebiasaan baru yang terjadi di lingkungan masyarakat. Pada saat ini, seirng kita temui sebuah kondisi pada anggota masyarakat dimana diwarnai oleh adanya persamaan – persamaan dalam berbagai hal yang dapat menyatukan dan menciptakan suatu kelompoktertentu dalam lingkungan masyarakat itu sendiri. Melalui munculnya persamaan antar anggota masyarakat, tentunya tak lepas dari munculnya perbedaan – perbedaan antar anggota masyarakat dan menimbulkan pertentangan – pertentangan antar satu dengan lainnya.
            Pertentangan sosial dapat diartikan sebagai suatu konflik yang terjadi pada masyarakat sehingga kelompok-kelompok tertentu, misalnya pada kelompok etnis, kelompok agama, kelompok ideology tertentu termasuk antara mayoritas dan minoritas. Perbedaan kepentingan sebenarnya merupakan sifat naluriah disamping adanya persamaan kepentingan.
            Jika suatu kelompok tersebut memiliki suatu kepentingan pribadi dan mereka termasuk kedalam mayoritas di lingkungannya, mereka akan cenderung meremehkan dan memandang rendah kelompok yang minoritas dan merasa bahwa mereka paling benar. Terkadang, diskriminasi terhadap kelompok minoritas oleh kelompok mayoritas masih sering terjadi di Negeri ini. Miris sekali, mengingat bahwa Bangsa ini diperjuangkan dan dipersatukan oleh perbedaan dan keanekaragaman rakyatnya. Seperti yang tertera dalam “Bhineka Tunggal Ika”, seharusnya seluruh lapisan masyarakat yang mengaku sebagai warga negara Indonesia menjunjung tinggi semboyan “Bhineka Tunggal Ika” sebagai identitas nasional negara.
            Diskriminasi tidak hanya dilakukan oleh kelompok mayoritas kepada kelompok minoritas, tapi bisa di lakukan oleh suatu kelompok tertentu seperti kelompok etnis, kelompok agama, kelompok ideology tertentu. Dari diskriminasi tersebut terkadang muncul sebuah prasangka antar kelompok, mereka cenderung menganggap kelompok lain itu buruk dan kelompok mereka lebih baik tanpa kritik terlebih dahulu. Menelan mentah – mentah sebuah kabar yang belum pasti kebenarannya tentang kelompok tertentu, dan langsung menilai bahwa kelompok tersebut buruk dan dirinya yang baik.
            Pada dasarnya, prasangka menunjukkan pada aspek sikap sedangkan diskriminasi pada tindakan. Menurut Morgan (1966) sikap adalah kecenderungan untuk merespon baik secara positif atau negarif terhadap orang, obyek atau situasi. Sikap seseorang baru diketahui setelah ia bertindak atau beringkah laku.
Sikap negatif disebut juga prasangka, walaupun sikap prasangka juga bisa bersifat positif dalam kondisi tertentu. Dalam pengertian ini, sikap prasangka lebih cendrung ke arah negatif karena pengaruh dari faktor lingkungan, sikap dan ego yang tinggi, serta mudah terprovokasi dengan orang lain tanpa ada bukti yang jelas, dan hanya bisa berprasangka dengan orang lain.
Seseorang yang mempunyai prasangka rasial, biasanya bertindak diskriminasi terhadap ras yang diprasangkainya, akan tetapi seseorang bertindak diskriminatif tanpa berlatar belakang pada suatu prasangka. Sikap berprasangka jelas tidak adil, karena sikap yang diambil hanya berdasarkan   pada pengalaman atau apa yang didengar. Apabila muncul sikap berprasangka dan diskriminatif terhadap kelompok sosial lain, maka  akan terjadi pertentangan sosial yang lebih luas yang akan berdampak buruk bagi lingkungan sekitar dan kerugian yang cukup besar dalam berbagai aspek.
Selain itu, dampak lain dari adanya sikap diskriminatif yaitu sikap ethnosentris antar masyarakat. Etnosentrisme sendiri yaitu suatu kecenderungan yang menganggap nilai-nilai dan norma-norma kebudayaannya sendiri sebagaai sesuatu yang prima, terbaik, mutlak dan diepergunakan sebagai tolok ukur untuk menilai dan membedakannya dengan kebudayaan lain.
Etnosentrisme merupakan kecenderungan tak sadar untuk menginterpretasikan atau menilai kelompok lain dengan tolok ukur kebudayaannya sendiri. Sikap etnosentrisme dalam tingkah laku berkomunikasi nampak canggung atau tidak luwes.
Setiap suku bangsa atau ras tertentu memiliki sebuah ciri khas kebudayaan yang berbeda dan sekaligus menjadi kebanggan mereka. Suku bangsa ras tersebut pastilah menjunjung tinggi kebudayaan yang mereka miliki dan cenderung menganggap bahwa kebudayaan yang mereka miliki lebih baik daripada kebudayaan suku bangsa ras lain.
Sikap ethnosentris membuat seseorang meyakini bahwa segala yang berbeda dengan kebudayaan yang mereka miliki, dipandang sebagai, dipandang  sebagai suatu yang kurang baik, kurang estetis, dan bertentang dengan kodratnya. Hal ini membuat seseorang lebih mementingkan dirinya sendiri ataupun kelompoknya dibandingkan kepentingan untuk khalayak ramai. Dan sikap ini juga dapat membuat seseorang menjadi indiviualis dalam menilai sesuatu.




Daftar Pustaka:
https://furkanny.wordpress.com/industrial-eng/term-iii/ilmu-sosial-dasar/pertentangan-sosial-dan-integrasi-masyarakat/
http://ilmusosialdasar-lintang.blogspot.com/2012/10/prasangka-diskriminasi-dan-etnosentrisme.html
https://materibelajar.co.id/etnosentrisme/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar