Selasa, 26 November 2019

Agama dan Masyarakat


Kaitan antara agama dan masyarakat tentunya tidak dapat dipisahkan, sebagaimana yang di atur dalam Pasal 28E ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 (“UUD 1945”):

“Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.”

Kita sebagai warga negara Indonesia sudah diberikan kebebasan untuk memeluk agama dan kepercayaan yang akan kita anut.
            Definisi agama sendiri menurut ilmu sosiologi adalah  definisi yang empiris. Sosiologi tidak pernah memberikan definisi agama yang evaluative (menilai). Sosiologi angkat tangan mengenai hakikat agama, baiknya atau buruknya agama atau agama–agama yang tengah diamatinya. Dari pengamatan ini sosiologi hanya sanggup memberikan definisi deskriptif (menggambarkan apa adanya) yang mengungkapkan apa yang dimengerti dan dialami pemeluk-pemeluknya.
            Seiring dengan berkembangnya zaman, konteks “agama” dalam kehidupan kita saat ini sudah mulai bergeser arti sesungguhnya. Dahulu, agama yang kental akan pesan perdamaian dan menyeru kepada kebajikan, dengan berkembangnya zaman dan teknologi sering dipakai sebagai kedok untuk berbuat kejahatan ataupun demi kepentingan sebagian orang saja.
            Dengan adanya kejahatan yang berkedok agama, menimbulkan konflik baru di kalangan masyarakat. Suatu hal yang suci dari sebuah agama dapat dipermainkan begitu saja oleh sebagian orang demi kepentingannya atau golongannya. Contohnya saja dalam dunia politik.
            Demi memperoleh suara untuk mendapatkan kursi kekuasaan, para calon kandidat rela berpura – pura baik dan menjaga image mereka di depan para calon pemilih dengan timbahkan bumbu – bumbu agama untuk lebih memikat lagi dan memilih dirinya untuk menjadi penguasa. Dan ketika dia sudah terpilih, semua janji – janji dan seluruh image baik yang sudah dia umbar hilang begitu saja.
            Atau dengan kemajuan teknologi, penyebaran berita bohong atau hoax yang menyudutkan agama tertentu marak terjadi. Hanya demi membuat agama tertentu memiliki citra yang buruk, segala cara pun ditempuh. Bahkan banyak dari ulah orang – orang yang tak bertanggung jawab menimbulkan konflik antar umat beragama.
            Negara Indonesia yang notabenenya menjunjung tinggi perbedaan, sesuai dengan arti dari “Bhineka Tunggal Ika” tentunya memiliki keberagaman yang sangat kaya. Dengan umat islam sebagai mayoritasnya, menjadikan Indonesia menjadi negara dengan tingkat toleransi antar umat beragama yang tinggi. Tidak seperti di negara lain, yang mengucilkan kaum minoritas.
            Kemerdekaan bangsa ini pun diraih berkat kerjasama dari semua pihak, para pahlawan pada saat itu tidak memikirkan suku dan etnis ataupun agama apa yang mereka anut. Mereka lebih mementingkan persatuan dan kesatuan demi memerdekan bangsa ini dari para penjajah. Sejarah telah membuktikan tingginya tingkat toleransi yang dimiliki oleh bangsa ini.
            Kita sebagai generasi muda yang akan menjadi penerus bangsa ini, sejatinya tugas kita adalah mempertahankan apa yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan. Dengan isu – isu perpecahan yang semakin banyak di teriakan, baik yang berkedok politik maupun berkedok agama, yang mulai merongrong bangsa ini. Mempertahankan dan memperjuangkan keutuhan dari negara ini, dari konflik – konflik yang memecah belah merupakan tugas dari seluruh lapisan masyarakat.





Daftar Pustaka:
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/cl6556/ham-dan-kebebasan-beragama-di-indonesia/

Teknologi dan Kemiskinan


            Jika kita berbicara tentang perkembangan teknologi  yang ada, teknologi memiliki dampak yang sangat besar dalam kehidupan sehari – hari kita. Teknologi dapat menjadi sebuah inovasi baru dalam memecahkan masalah – masalah sosial di berbagai bidang. Salah satu nya dalam sector kemiskinan yang belum terpecahkan di negeri Ini.
            Kemiskinan yang terus meningkat seperti halnya perkembangan teknologi, membutuhkan aksi nyata dari pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat untuk dapat memecahkan atau mengurangi masalah kemiskinan. Dengan adanya teknologi dan segala kemudahannya, tentulah dapat mengurangi kemiskinan tersebut. Dengan aksi nyata dan program pemerintah, serta dukungan dari masyarakat luas.
            Menurunkan angka kemiskinan di Indonesia melalui teknologi bukanlah hal yang mustahil, teknologi dapat bersinergi di segela bidang yang ada. Dengan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di bidang ekonomi, sosial, politik, maupun lingkungan, seiring berjalan nya waktu angka kemiskinan di Indonesia akan menurun. Teknologi Infomasi dan Komunikasi (TIK) diperlkenalkan kemasyarakat untuk memudahkan akses mereka dalam terhadap pelayanan dasar yang diberikan oleh pemerintah pusat maupun daerah.
            Salah satu contoh nyata dari penerapan teknologi yaitu Program 1 juta Nelayan Berdaulat Berbasis Teknologi yang di luncurkan oleh Pemerintah melalui Kemenko Bidang Kemaritiman. Program 1 juta nelayan berdaulat ini memberikan pelatihan kepada sekitar 1000 orang yang terdiri dari nelayan, ketua rukun nelayan tiap desa/kecamatan, pengurus/petugas koperasi nelayan, petugas TPI, pembina nelayan untuk memanfaatkan sebuah aplikasi digital. Aplikasi tersebut dibuat oleh FishOn, sebuah perusahaan rintisan digital mitra Kemenko Bidang Kemaritiman.
Aplikasi berbasis android ini memiliki fitur informasi pencurian ikan, pengawetan ikan, penjualan ikan, komunikasi pencatatan hasil tangkapan ikan, panic button untuk permintaan bantuan dalam kondisi darurat, fitur pembayaran elektronik dan fitur belanja kebutuhan sehari hari. Selain itu ada aplikasi penjualan dan manajemen gudang untuk koperasj nelayan, aplikasi lelang ikan online yang menghubungkan TPI, nelayan dan pedagang ikan, serta aplikasi website penjualan e-commerce ikan.
Bayangkan saja, jika seluruh nelayan di penjuru Indonesia memanfaatkan aplikasi ini, kita sebagai negara dengan kekayaan hasil laut yang melimpiah tentu saja dapat memaksimalkan kekayaan tersebut dan mendongkrak ekonomi rakyat dan negara. Sinergi antara teknologi dengan kehidupan kita tentunya sangat luas.
Contoh lainnya, penerapan teknologi di pedesaan. Dengan adanya teknologi, para petani yang ada di desa dapat menjual berbagai hasil alam mereka dan memantau harga terkini dari barang yang akan mereka jual. Selain itu, mereka dapat mendapatkan informasi tentang pencegahan hama terhadap tanaman, hasil alam apa yang sedang laku dipasaran, dan informasi lainnya yang dapat mereka manfaatkan sehingga hasil panen dan penghasilan mereka dapat meningkat.
Sinergi teknologi dalam menurunkan angka kemiskinan di Indonesia dapat dilakukan melalui berbagai bidang, tidak hanya penekanan di bidang perekonomian, tetapi dapat juga dimaksimalkan dalam bidang lainnya seperti sosial budaya, dan juga bidang politik. Dengan memaksimalkan peranan teknologi dalam bidang – bidang tersebut, dan kerjasama antara pemerintah dan masyarakat, menurunkan angka kemiskinan bahkan memberantas kemiskinan di Indonesia bukanlah hal yang mustahil lagi.




Daftar Pustaka:
https://www.kompasiana.com/ayisumarna/54f3c6f97455139f2b6c8009/pengentasan-kemiskinan-berbasis-tik
https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/17833/pemerintah-luncurkan-proyek-percontohan-program-satu-juta-nelayan-berbasis-teknologi-digital-di-sukabumi/0/artikel_gpr

Minggu, 24 November 2019

IPTEK dan Kehidupan


            Teknologi di abad 21 yang serba modern saat ini bukanlah hal yang tabu lagi bagi sebagian orang, teknologi sudah menembus seluruh lapisan dan generasi yang ada. Baik generasi muda maupun tua, sudah mengenal teknologi. Perkembangan teknologi yang begitu pesat sudah terjadi dimana – mana, bahkan hingga pelosok terpencil di negeri ini.
            Di abad 21 ini, teknologi sudah menjadi kebutuhan setiap orang, yang sudah tidak dapat dipisahkan walaupun sedetik dari orang tersebut. Dimanapun dan kapanpun kita berada, teknologi selalu hadir disekitar kita. Seluruh sector sudah terkena dampak dari perkembangan teknologi yang begitu pesat. Keinginan manusia yang menginginkan sesuatu yang serba efisien dan cepat, tentu juga mempengaruhi perkembangan teknologi pada abad ke-21 ini.
            Keinginan manusia yang menginginkan segala sesuatunya berjalan serba praktis, memberikan dampak yang begitu besar kepada beberapa bidang yang ada. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) adalah dua hal yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Apalagi pada abad 21 ini adalah era globalisasi dimana hampir seluruh kegiatan manusia menggunakan sistem teknologi. Dengan kemajuan IPTEK yang begitu pesat, memberikan dampak pada manusia itu sendiri.
            Dampak dari pesatnya perkembangan IPTEK pada kehidupan manusia sangat mudah untuk kita temukan. Sebagai salah satu contoh dalam bidang sosial, perkembangan IPTEK dapat membuat hubungan seseorang dengan orang lain di tempat yang jauh menjadi terasa dekat, orang tersebut dapat melakukan panggilan suara maupun video sebagai dampak dari perkembangan teknologi.
            Teknologi dalam penerapannya, menjadi jalur utama yang dapat menyongsong masa depan. Dia dapat mempermudah segala aktifitas manusia dan juga memiliki dampak sosial yang nyata. Contohnya, pemahaman seseorang tentang penggunaan teknologi dapat meningkatkan derajat atau posisi orang tersebut di lingkungan tempat tinggalnya maupun saat bersosialisasi dengan orang lain.
            Teknologi pada zaman ini tidak hanya sebagai alat untuk mempermudah segala aktifitas manusia, tetapi dapat menjadi tolak ukur sosial seseorang. Pandangan seseorang kepada orang yang memiliki teknologi versi terbaru dengan yang tidak tentu akan berbeda. Teknologi juga dapat menjadi tolak ukur kesuksesan seseorang dalam hal material, dan juga dapat menjadi pemuas bagi segelintir orang yang selalu menjadi penggemar fanatic dari teknologi dengan merek dagang tertentu.
            Dampak sosial lainnya, teknologi dapat memicu penyimpangan sosial dalam masyarakat. Demi mendapatkan teknologi keluaran terbaru, beberapa orang rela melakukan penyimpangan sosial guna memenuhi keinginannya tersebut. Contohnya seperti mencuri demi mendapatkan uang secara instan untuk membeli smartphone keluaran terbaru, ataupun meminjam smartphone keluaran terbaru milik teman untuk kita pamerkan di sosial media yang nyatanya smartphone tersebut bukanlah miliknya.
            Terlepas dari dampak sosial yang ditimbulkan oleh teknologi dan berbagai kemudahan yang ditawarkannya, seluruhnya berbalik kembali kepada penggunanya. Apakah sang pengguna akan menggunakan teknologi tersebut secara bijak, ataupun sebaliknya. Dengan berkembangnya teknologi yang begitu cepat dan tidak akan terhenti di satu titik, kita sebagai pengguna haruslah bijak dalam menggunakan teknologi tersebut.



Daftar Pustaka
https://www.kompasiana.com/jamessiswanto/5c01692ac112fe442c3dfad4/pengaruh-iptek-dalam-kehidupan?page=all

Sabtu, 23 November 2019

Pertentangan Sosial & Integrasi Masyrakat


            Seiring denga berkembanganya zaman yang begitu pesat dan dengan adanya era globalisasi yang mulai menggeser nilai – nilai buadaya asli Bangsa, memnuculkan suatu kebiasaan baru yang terjadi di lingkungan masyarakat. Pada saat ini, seirng kita temui sebuah kondisi pada anggota masyarakat dimana diwarnai oleh adanya persamaan – persamaan dalam berbagai hal yang dapat menyatukan dan menciptakan suatu kelompoktertentu dalam lingkungan masyarakat itu sendiri. Melalui munculnya persamaan antar anggota masyarakat, tentunya tak lepas dari munculnya perbedaan – perbedaan antar anggota masyarakat dan menimbulkan pertentangan – pertentangan antar satu dengan lainnya.
            Pertentangan sosial dapat diartikan sebagai suatu konflik yang terjadi pada masyarakat sehingga kelompok-kelompok tertentu, misalnya pada kelompok etnis, kelompok agama, kelompok ideology tertentu termasuk antara mayoritas dan minoritas. Perbedaan kepentingan sebenarnya merupakan sifat naluriah disamping adanya persamaan kepentingan.
            Jika suatu kelompok tersebut memiliki suatu kepentingan pribadi dan mereka termasuk kedalam mayoritas di lingkungannya, mereka akan cenderung meremehkan dan memandang rendah kelompok yang minoritas dan merasa bahwa mereka paling benar. Terkadang, diskriminasi terhadap kelompok minoritas oleh kelompok mayoritas masih sering terjadi di Negeri ini. Miris sekali, mengingat bahwa Bangsa ini diperjuangkan dan dipersatukan oleh perbedaan dan keanekaragaman rakyatnya. Seperti yang tertera dalam “Bhineka Tunggal Ika”, seharusnya seluruh lapisan masyarakat yang mengaku sebagai warga negara Indonesia menjunjung tinggi semboyan “Bhineka Tunggal Ika” sebagai identitas nasional negara.
            Diskriminasi tidak hanya dilakukan oleh kelompok mayoritas kepada kelompok minoritas, tapi bisa di lakukan oleh suatu kelompok tertentu seperti kelompok etnis, kelompok agama, kelompok ideology tertentu. Dari diskriminasi tersebut terkadang muncul sebuah prasangka antar kelompok, mereka cenderung menganggap kelompok lain itu buruk dan kelompok mereka lebih baik tanpa kritik terlebih dahulu. Menelan mentah – mentah sebuah kabar yang belum pasti kebenarannya tentang kelompok tertentu, dan langsung menilai bahwa kelompok tersebut buruk dan dirinya yang baik.
            Pada dasarnya, prasangka menunjukkan pada aspek sikap sedangkan diskriminasi pada tindakan. Menurut Morgan (1966) sikap adalah kecenderungan untuk merespon baik secara positif atau negarif terhadap orang, obyek atau situasi. Sikap seseorang baru diketahui setelah ia bertindak atau beringkah laku.
Sikap negatif disebut juga prasangka, walaupun sikap prasangka juga bisa bersifat positif dalam kondisi tertentu. Dalam pengertian ini, sikap prasangka lebih cendrung ke arah negatif karena pengaruh dari faktor lingkungan, sikap dan ego yang tinggi, serta mudah terprovokasi dengan orang lain tanpa ada bukti yang jelas, dan hanya bisa berprasangka dengan orang lain.
Seseorang yang mempunyai prasangka rasial, biasanya bertindak diskriminasi terhadap ras yang diprasangkainya, akan tetapi seseorang bertindak diskriminatif tanpa berlatar belakang pada suatu prasangka. Sikap berprasangka jelas tidak adil, karena sikap yang diambil hanya berdasarkan   pada pengalaman atau apa yang didengar. Apabila muncul sikap berprasangka dan diskriminatif terhadap kelompok sosial lain, maka  akan terjadi pertentangan sosial yang lebih luas yang akan berdampak buruk bagi lingkungan sekitar dan kerugian yang cukup besar dalam berbagai aspek.
Selain itu, dampak lain dari adanya sikap diskriminatif yaitu sikap ethnosentris antar masyarakat. Etnosentrisme sendiri yaitu suatu kecenderungan yang menganggap nilai-nilai dan norma-norma kebudayaannya sendiri sebagaai sesuatu yang prima, terbaik, mutlak dan diepergunakan sebagai tolok ukur untuk menilai dan membedakannya dengan kebudayaan lain.
Etnosentrisme merupakan kecenderungan tak sadar untuk menginterpretasikan atau menilai kelompok lain dengan tolok ukur kebudayaannya sendiri. Sikap etnosentrisme dalam tingkah laku berkomunikasi nampak canggung atau tidak luwes.
Setiap suku bangsa atau ras tertentu memiliki sebuah ciri khas kebudayaan yang berbeda dan sekaligus menjadi kebanggan mereka. Suku bangsa ras tersebut pastilah menjunjung tinggi kebudayaan yang mereka miliki dan cenderung menganggap bahwa kebudayaan yang mereka miliki lebih baik daripada kebudayaan suku bangsa ras lain.
Sikap ethnosentris membuat seseorang meyakini bahwa segala yang berbeda dengan kebudayaan yang mereka miliki, dipandang sebagai, dipandang  sebagai suatu yang kurang baik, kurang estetis, dan bertentang dengan kodratnya. Hal ini membuat seseorang lebih mementingkan dirinya sendiri ataupun kelompoknya dibandingkan kepentingan untuk khalayak ramai. Dan sikap ini juga dapat membuat seseorang menjadi indiviualis dalam menilai sesuatu.




Daftar Pustaka:
https://furkanny.wordpress.com/industrial-eng/term-iii/ilmu-sosial-dasar/pertentangan-sosial-dan-integrasi-masyarakat/
http://ilmusosialdasar-lintang.blogspot.com/2012/10/prasangka-diskriminasi-dan-etnosentrisme.html
https://materibelajar.co.id/etnosentrisme/